Sabtu, 18 Mei 2013
Perundangan Membatasi Respon Efektif pada Risiko Iklim
Migrasi paksa yang disebabkan oleh iklim yang disebabkan memerlukan kerangka tata kelola yang dapat merespon lebih cepat dan lebih dinamis.
Sekarang dua dekade sejak komunitas Newtok, sebuah desa dengan 350 penduduk di pantai Barat Alaska, pertama kali mendokumentasikan kebutuhan untuk berpindah. Meskipun ada upaya bersama dari setidaknya 25 suku, pemerintah dan organisasi non-pemerintah, termasuk upaya Dewan Adat Newtok, kemajuannya sangat lambat.
Keterbatasan hukum yang signifikan mencegah pemerintahmenanggapi secara efektif terhadap perubahan lingkungan yang disebabkan oleh iklim, yang memaksa masyarakat adat seperti Newtok untuk pindah. Di Amerika Serikat, Badan Federal Manajemen Darurat atau Federal Emergency Management Agency (Fema), yang kegiatannya didefinisikan UU Penanggulangan Bencana dan Bantuan Darurat Stafford 1988, adalah agen federal yang bertanggung jawab untuk mitigasi bencana dan bantuan bencana di Amerika.
Suatu tindakan membutuhkan deklarasi bencana presiden untuk mengakses pendanaan federal bagi pemulihan pasca-bencana, serta sebagian besar kegiatan mitigasi bahaya. Menurut Undang-Undang (UU) Stafford, presiden berwenang untuk menyatakan bencana, termasuk di dalamnya bencana alam seperti badai dan tornado. Kekeringan adalah proses bertahap lingkungan hanya tercantum dalam undang-undang sebagai katalis potensial untuk deklarasi bencana presiden.
Erosi, merupakan alasan utama Newtok harus pindah, tidak termasuk dalam daftar bencana besar dalam UU Stafford. Akibatnya, Dewan Adat Newtok saat ini tidak memenuhi syarat untuk dana bantuan bencana meskipun fakta bahwa erosi yang menyebabkan bencana yang sedang berlangsung dan krisis kemanusiaan di masyarakat.
Ini kerangka hukum pemulihan pasca-bencana dan mitigasi bencana mendorong tanggapan kaku untuk didefinisikan secara khusus peristiwa cuaca ekstrim acak dan utamanya ditujukan untuk membangun kembali dan memperbaiki infrastruktur dan melindungi dari bahaya di masa yang akan datang melalui perlindungan erosi dan banjir. Namun, standarnya, strategi adaptasi defensif untuk melindungi masyarakat pesisir, seperti dinding batu dan karung pasir, tidak banyak berhasil di Alaska meskipun jutaan dolar sudah dikeluarkan pemerintah.
Contoh pengalaman dari Kivalina, komunitas Inupiat Eskimo terletak di utara Newtok dan lingkaran Arktik. Pada bulan September 2006, setelah menyelesaikan pembangunan tembok laut seharga jutaan dolar, para pemimpin pemerintah federal tiba perayaan penyelesaiannya. Tapi sebelum perayaan bisa dimulai, badai merusak tembok laut dan menyebabkan pejabat untuk membatalkan perayaan. Satu tahun kemudian, pada bulan September 2007, badai, dengan diperkirakan lonjakan 12 sampai 14-kaki untuk desa elevasi 10-kaki, mengancam masyarakat. Warga takut bahwa tembok laut tidak akan melindungi mereka, dan 250 warga Kivalina dievakuasi. Ketidakmampuan teknologi untuk melindungi orang-orang yang tinggal di masyarakat pesisir dan sungai yang rentan risiko adalah masalah yang dapat mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.
Bantuan langkah mitigasi bencana dan bahaya yang penting ketika perlindungan langsung di tempat. Namun, pendekatan ini akan sia-sia bila iklim yang disebabkan perubahan lingkungan berulang kali mengubah ekosistem, merusak atau menghancurkan infrastruktur publik, dan membahayakan jiwa manusia, dalam hal relokasi masyarakat yang melibatkan pemindahan penduduk permanen mungkin satu-satunya adaptasi layak.
Relokasi seluruh masyarakat sebagai akibat dari iklim yang disebabkan perubahan lingkungan adalah bentuk ekstrem adaptasi. Jika iklim yang disebabkan perubahan lingkungan membuat seluruh komunitas dihuni, sangat penting untuk memahami alat pemerintahan dan perlindungan hak asasi manusia yang dapat mendorong ketahanan masyarakat. Relokasi Newtok menyediakan contoh dari struktur pemerintahan model yang mana Dewan Adat Newtok memimpin upaya relokasi masyarakat dan federal, negara bagian dan suku organisasi pemerintah dan non-pemerintah menyediakan masyarakat dengan bantuan teknis yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur di lokasi relokasi. Meskipun demikia hambatan kelembagaan untuk proses relokasi ini besar.
Untuk alasan ini, migrasi paksa iklim yang disebabkan memerlukan kerangka tata kelola yang berbasis di doktrin hak asasi manusia dan yang dapat merespon dengan cepat kepada masyarakat beresiko. Pemerintahan ysng adaptif, dalam konteks ini, berarti bahwa lembaga memerlukan berbagai pilihan, termasuk pemulihan pasca-bencana, perlindungan (dinding pantai), mitigasi bencana, dan relokasi, untuk menanggapi kebutuhan masyarakat. Perlindungan hak asasi manusia harus tertanam dalam kerangka pemerintahan.
Perubahan atau amandemen kebijakan federal AS seperti UU Stafford untuk memasukkan proses lingkungan iklim yang disebabkan bertahap dan berulang dan penciptaan kerangka institusional relokasi sangat penting langkah pertama untuk memfasilitasi relokasi masyarakat yang terancam oleh iklim yang disebabkan perubahan lingkungan dan tidak dapat dilindungi tempat. Penciptaan kerangka kelembagaan di AS bisa menjadi model bagi negara-negara lain perlu untuk merancang dan melaksanakan respon untuk iklim yang disebabkan relokasi.
Sumber: guardian.co.uk
Minggu, 28 April 2013
Pemerintah Harus Mengumpulkan Data Hutan yang Rusak

Direktur Lembaga Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Enny Sri Hartati menyarankan pemerintah mengumpulkan data tentang kawasan hutan yang rusak untuk membuktikan bahwa perkebunan kelapa sawit tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.
"Indonesia harus menunjukkan data pada kawasan hutan yang rusak untuk membuktikan bahwa perkebunan kelapa sawit dan karet tidak merusak hutan di Indonesia," kata Enny dalam sebuah wawancara dengan Antara di Jakarta.
Enny membuat saran sehubungan dengan penolakan beberapa negara industri utama termasuk kelapa sawit mentah Indonesia dan komoditas karet pada daftar 54 barang ramah lingkungan.
Produk yang termasuk dalam daftar akan mendapatkan pengurangan tarif impor sebesar 5 persen.
Enny mengatakan, pemerintah bisa menunjukkan bahwa kawasan hutan yang rusak di Indonesia bukan disebabkan oleh CPO (Crude Plam Oil) dan perkebunan karet, tetapi dengan kegiatan pembalakan liar.
"Kami memiliki beberapa kementerian yang terkait dengan kawasan hutan untuk membuktikan kepada masyarakat internasional bahwa perkebunan CPO berada di kawasan hutan industri, tidak di kawasan hutan konservasi," kata Enny.
Selain itu, pemerintah Indonesia harus meningkatkan pembangunan infrastruktur di daerah hilir untuk menarik investor untuk mengembangkan bisnis di sektor komoditas berbasis agro.
"Jika fasilitas infrastruktur Indonesia berkembang dengan baik, investor akan memprioritaskan keuntungan dan mengembangkan bisnis di sektor komoditas berbasis agro," kata Enny.
Dia juga menyarankan agar pemerintah meningkatkan administrasi birokrasi sehingga investor tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan bisnis di Indonesia.
"Upaya ketiga bahwa pemerintah harus membuat untuk menarik investor adalah membuat lahan yang tersedia untuk industri di wilayah hilir untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas," kata Enny.
Sebelumnya, Asia-Pacific Economic Cooperation pertemuan menteri perdagangan Asia-Pasifik di Surabaya, Jawa Timur lalu gagal menyepakati masuknya beberapa produk tambahan pada daftar 54 barang lingkungan untuk mendapatkan pengurangan tarif hingga lima persen.
Meskipun beberapa perwakilan dari negara-negara berkembang bersedia untuk membahas masalah ini, delegasi Amerika Serikat menolak untuk membahas masuknya CPO dan karet komoditas pada daftar.
Sumber: antaranews.com
Minggu, 07 April 2013
Praktek Pertanian Berkelanjutan
Beberapa manfaat yang pasti, pertanian berkelanjutan dapat mengizinkan petani untuk mengubah pertanian mereka menjadi pusat daur ulang. Misalnya sampah sisa tanaman dan kotoran hewan untuk pupuk, rotasi tanaman untuk memperkaya tanah dan merute ulang air hujan untuk mengisi sistim irigasi. Pertanian berkelanjutan biasanya juga cukup rendah dalam penggunaan bahan kimia dan pestisida dan dapat membuat transisi ke ke arah pertanian yang lebih organik.
Beberapa praktek pertanian yang berkelanjutan di lapangan diantaranya sebagai berikut:
Rotasi tanaman- merupakan sistim yang paling simpel danpaling tua. Sistim ini ternyata juga dapat mencegah transmisi penyakit tanaman. Karena sebagian besar penyakit dan hama mempengaruhi jenis tertentu tanaman, Anda dapat membasmi mereka dengan beralih ke tanaman yang berbeda dalam rotasi berikutnya.
Keanekaragaman tanaman- Untuk membantu melindungi tanaman mereka terhadap penyakit dan hama, petani bisa menanam variasi dari spesies yang sama, mendapatkan bibit dari petani yang berbeda untuk memastikan perbedaan kecil namun penting antara tanaman.
Pengelolaan Hama Terpadu - merupakan kombinasi berbagai teknik yang berbeda untuk menciptakan sistem pengendalian hama yang efektif. Langkah pertama yang krusial adalah dengan melakukan pengawasan. Pencegahan juga merupakan bagian dari pengelolaan hama terpadu. beberapa teknik pengelolaan hama misalnya seperti memilih tanaman tahan hama, rotasi tanaman, dan menggunakan serangga yang menguntungkan sebagai pengontrol hama biologis dapat memperkecil risiko untuk hama menetap.
Menarik Hewan Bermanfaat - Salah satu cara terbaik untuk menyingkirkan hama dan serangga berbahaya adalah untuk mengundang predator alami mereka. Langkah berikutnya dalam pengendalian hama organik adalah untuk memastikan bahwa serangga yang menguntungkan juga tetap sekitar. Kepik, kumbang, larva hijau lacewing dan parasit lalat semua memakan hama, termasuk kutu daun, tungau dan hama lalat.
Menjaga kesuburan tanah - merupakan langkah penting dan bisa didapatkan secara alamiah atau dengan bantuan manusia. beberapa teknik diantaranya misalnya dalam persiapan lahan , yang terdiri dari membajak, berbalik dan ditayangkan tanah, telah ada selama berabad-abad dan masih berguna seperti sebelumnya. Banyak petani meninggalkan beberapa sisa tanaman di tanah sebelum mereka menggarap untuk menambah nutrisi tanah. Menambahkan bahan organik, seperti pupuk kandang atau tanaman penutup, juga dapat membantu tanah. Senyawa organik lain yang dapat ditambahkan ke tanah sebagai pupuk.
Penggembalaan yang dikelola- dikelola pada dasarnya adalah rotasi ternak yang bergerak hewan untuk merumput di daerah yang berbeda. Memindahkan binatang berarti mereka akan memiliki akses ke padang rumput yang berbeda, yang berarti mereka akan mendapatkan berbagai nutrisi dan paparan. Di Indonesia, penggembalaan di terbuka hanya dilakukan di daerah tertentu saja. Peternakan skala kecil dilakukan petani dengan mencari rumput.
Penghapusan gulma secara fisik - Mungkin tidak praktis untuk peternakan besar, tanaman kecil dengan mudah dapat diurus tanpa menggunakan bahan kimia. Pembakaran tanaman juga merupakan pilihan, tapi satu yang harus didekati dengan hati-hati.
Pengelolaan Air-Ada dua masalah utama dalam pengelolaan air: buruknya kinerja sistem irigasi dan air limbah. Cara terbaik untuk mengatur penggunaan air adalah memilih tanaman asli lokal, karena ini akan lebih digunakan untuk cuaca lokal dan mampu berdiri lama tanpa hujan. Irigasi terbatas adalah solusi praktis untuk pertanian berkelanjutan. Berepa jenis tanaman seperti lumut dan tanaman penutup lain dapat membantu mempertahankan air sehingga tanah tetap lembab. Dapat juga dengan teknik mengumpulkan air hujan dan dimasukkan ke dalam sistem irigasi, atau mengatur sistem daur ulang sehingga dapat menggunakan kembali air limbah untuk irigasi.
Pemasaran lokal- Menumbuhkan dan membeli secara lokal adalah kunci untuk keberlanjutan, karena memperkaya masyarakat, konsumsi energi meminimalkan, dan melindungi kualitas udara dan tanah. Itu bahkan sebelum industri makanan-kemasan menambahkan plastik dan sampah kertas yang dibutuhkan untuk menyimpan dan mengangkut makanan aman. Menanam dan menjual secara lokal juga mendorong pertanian dalam skala kecil. Ini pada gilirannya mendorong lebih banyak uang ke dalam ekonomi lokal, menguntungkan pembeli dan akhirnya petani lagi.
Di Indonesia, secara umum praktek-praktek di atas sudah dilakukan karena kebanyakan pertanian berskala kecil. Sayangnya, meskipun demikian petani termasuk golongan ekonomi rendah di Indonesia, di mana berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa dua pertiga penduduk miskin Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan bergantung pada pertanian untuk mata pencaharian mereka.
Keberlanjutan masa depan pertanian skala kecil tidak pasti, dengan produksi Indonesia jangka panjang pangan dan ketahanan pangan di bawah ancaman. Saat ini Indonesia memiliki saldo negatif produksi pangan dalam negeri dan permintaan untuk beras, yang berarti Indonesia harus mengimpor peningkatan jumlah beras untuk mengisi kesenjangan ini, yang akan menyebabkan kesulitan karena harga beras global yang meningkat. Petani miskin di pedesaan - yang bergantung pada produksi pertanian sebagai sumber pendapatan - akan didorong lebih jauh ke dalam kemiskinan dan jutaan Indonesia yang miskin pedesaan dan perkotaan juga akan diletakkan di bawah ketegangan meningkat karena harga pangan terus meningkat.
Tantangan yang dihadapi petani ini beraneka ragam, mulai dari perubahan iklim, peraturan pemerintah yang tidak mendukung, konversi tata guna lahan yang pesat, minimnya skill petani, pemasaran produk pertanian.
Padahal sungguh sayang, Indonesia memiliki tanah yang subur dan lingkungan yang mendukung untuk pertanian. Perlu menjadi renungan apabila pertanian diarahkan ke mekanisasi dan pertanian skala besar, perlu untuk dikaji ulang dengan memperhatikan konsekuensi dan perlunya mengambil pelajaran dari pertanian negara maju yang saat ini mengadopsi sistim ini. Di Indonesia, hal ini akan berdampak besar, utamanya bagi petani yang miskin.
Sumber: dsc.discovery.com, saiplatform.org, thejakartaglobe.com
Kamis, 04 April 2013
Pertanian Kota: Indonesia juga Punya!
Rupanya pertanian kota juga mulai menggeliat di Indonesia beberapa tahun belakangan. Dalam skala komunitas mandiri muncul inisiatif serupa dari Ridwan Kamil dalam "Indonesia Menanam", di Surabaya Tunas Hijau juga menggalakkan program pertanian kota bekerjasama dengan sekolah-sekolah di Kota Surabaya. Program Indonesia menanam yang diprakarsai Ridwan Kamil sendiri sudah menyebar ke berbagai Kota di Indonesia mulai dari Aceh sampai Papua. Pemerintah Kota Surabaya sendiri juga pernah berupaya menggalakan program ini, meskipun diberitakan bahwa belum berhasil sepenuhnya karena beberapa tantangan di lapangan.
Kota Medan berencana akan menambah partisipasi keluarga yang tergabung dalam kegiatan pertanian kota. Jumlah keluarga yang melakukan pertanian perkotaan (urban farming) di Kota Medan pada tahun ini ditargetkan mencapai 375 kepala keluarga (KK) atau bertambah 75 KK dari yang telah ada saat ini 300 KK. Ketua Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) Kota Medan Ad Sony Batubara mengatakan sejumlah KK yang telah melakukan urban farming di Medan menanam bermacam-macam sayuran, timun, dan umbi-umbian. Menurutnya, dari total keluarga yang melakukan urban farming paling banyak berada di daerah Medan Utara, tepatnya di Marelan.
Gerakan ini pertanian kota ini berkembang masih secara sporadis dan tentunya berdampak positif terhadap ketahanan kota akan pangan. “Dengan menerapkan urban farming keluarga dan tetangga sekitar tidak kesulitan lagi mendapatkan asupan gizi dari sayur-sayuran dan buah-buahan,” ungkap Ad Sony Batubara .
Tantangan di Lapangan dan Solusinya
Perlu diingat, tantangan yang ada di lapangan, salah satunya adalah mengingat lahan pertanian semakin sempit. Namun dalam konsep pertanian kota ini adalah mengaktifkan lahan-lahan tidur yang tidak terpakai di lapangan. Ridwan Kamil menjelaskan lebih lanjut, konsep urban farming adalah memanfaatkan lahan tidur di perkotaan yang dikonversi menjadi lahan pertanian produktif hijau yang dilakukan oleh masyarakat dan komunitas sehingga dapat memberikan manfaat bagi mereka.
Dari pengalaman Indonesia Berkebun, salah satu kesulitannya adalah akses ke lahan. Kekurangan itu adalah “jembatan” perizinan tanah-tanah terlantar. Hingga kini tanah yang digarap baru sebatas milik warga yang mengetahui dan peduli kegiatan Indonesia Berkebun. Sedangkan tanah-tanah terlantar yang dimiliki warga yang tidak peduli kegiatan urban farming dan tidak diketahui keberadaannya ternyata lebih banyak lagi. Dibutuhkan tokoh-tokoh yang besar di pemerintahan, seperti untuk lebih peduli dan bisa memfasilitasi kegiatan ini.
Bila memang lahan atau pekarangan tidak ada, bukan berarti tidak bisa ikut berpartisipasi. Cara lain dengan berkreativitas menggunakan wadah-wadah atau media seperti menanam seledri dan tomat didalam tabung air atau pipa paralon. Lalu, menanam sayuran seperti bayam, kangkung, caisim, cabe, kangkung atau bayam dalam wadah bambu, gayung, dan batok kelapa. Pilihan lainnya adalah menanam tanaman secara vertikal di dinding rumah Anda atau menjahit potongan plastik sebagai kantung untuk bunga-bunga yang indah.

Bukan perkara yang mudah untuk memulai secara bersama-sama, namun bisa dimulai dari lingkungan kecil di rumah dengan menanan sayuran sedikit-sedikit. Bisa juga mengajak keluarga dan teman, dan bila mau lebih diperluas, Ibu-Ibu PKK dan Bapak-Bapak untuk turut peran serta sebagai bagian dari acara kerja bakti mingguan di kelurahan.
Namun bukan berarti gerakan ini tidak bisa dilakukan. Ridwan Kamil sendiri memulai gerakan Indonesia berkebun bermodalkan social media twitter! Karena hanya berbekal 19.600 lebih followers dan aktif bertwitter ria, Ridwan Kamil mampu membangun komunitas Indonesia Berkebun tanpa modal. Setiap follower menyumbang, entah tanah kosong, kompos, bibit, pengetahuan cara bertani organik dan waktu serta tenaga. Para followers tersebut bergabung dengan komunitas berkebun dikotanya masing seperti : Jakarta Berkebun, Bandung Berkebun, Banten Berkebun, Makasar Berkebun dan seterusnya.
Hasil yang bisa dipetik?
Yang pasti, pendapatan keluarga bisa dihemat atau bahkan bertambah bila Anda menjadikan ini sebagai bisnis. Dengan urban farming selain dapat membuat lingkungan menjadi lebih subur, income Anda juga akan bertambah!. “Kebun Anda bisa menghasilkan panen sayuran-sayuran, buah-buahan untuk di konsumsi sendiri atau dijual. Kemudian, yang tak kalah dahsyatnya adalah perasaan yang Anda dapatkan saat memetik hasil panen, lalu dimasak untuk makan bersama-sama keluarga atau teman, priceless!,” ungkap Ridwan Kamil. Selain itu, manfaat lain yang tidak bisa terukur dengan uang adalah dapat membantu meredam stress.

Stres sudah menjadi bagian dari keseharian kaum urban, entah stres karena aktivitas rutin, stres dengan pekerjaan atau kemacetan yang menyebabkan penurunan kualitas hidup. Menurut riset psikologi bila Anda merasakan stres, rasa marah, frustasi maka dengan menyentuh tumbuhan kadar emosi negatif Anda akan berkurang. Dan juga riset lain menunjukkan dengan sensasi warna hijau dari alam baik visual maupun rangsangan dapat meningkatkan kerja otak. “Dengan gerakan Indonesia berkebun Anda dapat mengurangi kadar stres, juga mempererat kebersamaan dengan keluarga, teman kantor, sahabat dengan melakukan aktivitas berkebun bareng tiap weekend. Anak-anak pun memiliki variasi hiburan yang lain daripada hanya sekedar jalan ke mal.,” jelas Ridwan Kamil.
Saat ini, pertanian kota masih pada penanaman sayuran, dan tidak menutup kemungkinan bisa berkembang ke arah peternakan, seperti penyediaan telur, madu atau bahan pangan lainnya. Apakah kota-kota di Indonesia yang lain siap untuk mengikuti jejak? Apakah program ini bisa berkembang pesat dan populer seperti bank sampah? Semoga!
Sumber: bisnis-sumatra.com, wanitawirausaha.femina.co.id, green.kompasiana.com
Selasa, 02 April 2013
Taman High Line New York: Dari Jalur Kereta ke Taman Kota

Apa yang dulunya atas tanah angkutan jalur kereta telah menjadi daya tarik wisata utama di Distrik Meatpacking yang populer di Manhattan. Sudah sangat populer sehingga kota-kota lain berencana untuk mengikuti jejak New York.
Sejak dibuka pada tahun 2009, Line Tinggi telah menjadi tempat kedua budaya New York City yang paling banyak dikunjungi, menarik sekitar empat juta pengunjung setahun. Melalui inisiatif Joshua David dan karya Robert Hammond, peninggalan dari tahun 1930-an telah menjadi catwalk dari abad ke-21 di New York.
Upacara terobosan untuk menandai dimulainya pembangunan pada bagian ketiga dan terakhir dari taman digelar pekan lalu, diselenggarakan oleh Walikota New York Michael Bloomberg dan Friends of the High Line pendirinya Joshua David dan Robert Hammond.
"Taman telah menjadi harta lokal dan ikon internasional, serta generator penting dari pertumbuhan ekonomi bagi kota kami," kata Walikota Bloomberg.
Jantung Manhattan

Tahap kedua akan dibangun di sebelah timur dari 10th Avenue, serta daerah di mana High Line akan melewati gedung kantor pusat baru Coach pada 30 dan 10 jalan. Akhirnya, fase ketiga akan meng-upgrade jalan sementara dan bagian barat tahap pertama.
Bagian dari Proyek Perbaikan West Side, Line Tinggi dibuka pada tahun 1934 dan memungkinkan lalu lintas kereta api untuk berjalan di trek ditinggikan 30 kaki untuk menahan laju tahun kecelakaan yang terjadi di jalan.
"Sebuah prestasi luar biasa"
Friends of the High Line, yang mengadvokasi pelestarian struktur bersejarah, didirikan pada tahun 1999 oleh David Hammond dan dalam menanggapi sekelompok pemilik properti yang menyerukan pembongkaran, menurut situs High Line.
"Dalam beberapa dekade ke depan, lama setelah bagian akhir terbuka untuk umum, Line tinggi akan berfungsi sebagai pengingat yang mendalam tentang hal-hal yang luar biasa yang dapat kita capai ketika sektor publik dan swasta bekerja sama untuk kebaikan bersama," kata Bloomberg .
Replikasi di Lebih Banyak Kota
Banyak kota lainnya ingin meniru keberhasilan New York. Di Shoreditch, Timur London, gagasan membangun taman baru di atas lengkungan kereta api tua di Yard Barang Bishopsgate, ditinggalkan sejak pertengahan 1960-an, saat ini sedang dipertimbangkan.
Sementara itu Chicago mengusulkan untuk membangun kembali 2,7 mil (4,3 km) dari jalur kereta api bekas ditinggikan ke Trail Bloomingdale. Philadelphia adalah melihat mengubah Viaduct Reading menjadi taman linier ditinggikan. Di Rotterdam, Belanda, jalur tua yang ditinggikan sedang dipertimbangkan sebagai sebuah situs untuk taman dan toko-toko. High Line itu sendiri gema Paris 'Promenade Plantee, diresmikan pada tahun 1993.
Kunci keberhasilan proyek taman High Line New York adalah fakta bahwa taman tersebut dirancang dan menjadi salah satu dari trotoar kota terbaik.

Di taman ini, sepanjang satu kilometer nya (1,6 km), pada rute ini dapat menikmati pemandangan sungai Hudson, Chelsea dan Distrik Meatpacking. Ini adalah tempat di mana Anda dapat berhenti di salah satu bangku, dan berjemur atau menatap atas pagar, atau melalui jendela gambar besar di pejalan kaki yang lewat atau mobil di 10th Avenue.
Tapi itu bukan hanya popularitas yang luar biasa yang telah mendapat pengembang dan pejabat kota berbicara tentang taman High Line, juga merupakan efek sampingan naiknya nilai-nilai tanah dan harga real estate di daerah dilewatinya. Sepanjang rute, harga telah melonjak. Apartemen yang dulunya di antah berantah sekarang properti panas. Telah ada sekitar $ 2 milyar (£ 1.25bn) kegiatan ekonomi baru di sepanjang rute dari Taman High Line ini.
Sumber: edition.cnn.com, bbc.co.uk
Minggu, 17 Maret 2013
Oasis Perkotaan: Kompleks Hijau Taman Namba Osaka Jepang
Ketika kita berpikir mengenai pusat perbelanjaan, gambaran tipikal yang muncul di dalam pikiran adalah rangkaian kotak-kotak yang saling berhubungan dan diakhiri dengan food court, yang merupakan bagian yang paling menyenangkan. Taman Namba merupakan sebuah kawasan retail dan perkantoran yang besar di Osaka Jepang akan meruntuhkan steriotip gambaran pusat perbelanjaan pada umumnya. Bangunan ini dibangun di atas stadium baseball tua, kontruksinya selesai pada tahun 2003 oleh Jerde Partnership. Bangunan ini memiliki 8 tingkat taman atap yang meliputi beberapa blok kota dan kebun fitur pohon, kelempok bebatuan, tebing dan ngarai, rumput, sungai, air terjun, kolam dan bahkan ruang untuk menumbuhkan sayuran!
Taman Namba didirikan ketika Stadion Osaka ditutup, membuka sebuah kesempatan pembangunan kembali yang besar bagi distrik komersial yang dekat dengan Stasiun Kereta Nama, yang hanya satu pemberhentian saja dari Bandara Kansai. Karena tempat ini menjadi salah satu tempat yang dikunjungi pengunjung, pemilik Nankai Electric Railway menanyakan pada Jerde Partnership untuk membayangkan pembangunan baru sebagai gerbang yang akan mendefinisikan ulang identitas Kota Osaka. Jerde Partnership kemudian mendesain Taman Namba sebagai sebuah ruang yang besar dan menjadi sebuah oasis di antara jalan-jalan padat Kota Osaka.

Fitur keberlanjutan dari tempat ini adalah Taman Namba di Kota Osaka Jepang ini dibangun di atas bekas stadion baseball yang artinya mengurangi material untuk konstruksi dan sampah. Masterplan direncanakan oleh masyarakat di sana, untuk tempat tinggal dan bekerja. Kawasan ini disebut-sebut sebagai salah satu area hijau dan ramah lingkungan di Kota Osaka, Jepang. Selain itu di kompleks ini terdapat fitur alam seperti air terjun, pepohonan, taman padang rumput dan kolam-kolam.
Keseluruhan kawasan ini berupa menara bangunan tingkat 30 dan tepat tinggal 46 lantai. Taman Namba ini menyediakan sebuah ruang atap yang dinamis dan pada saat yang bersamaan menyediakan sebuah pusat komerisla dibawahnya. Struktur bertahap naik delapan tingkat yang mengalir blok melewati beberapa kota. Sejak taman dimulai di level jalan lalu secara naik perlahan, banyak orang tertarik dengan pohon-pohon dan fitur air terlihat di lantai-lantai taman bangunan ini. Ketika orang berjalan melalui taman, teras outdoor dan ruang-ruang kantong yang tenang dari ruang hijau untuk makan atau bersantai.
Selain itu yang membuat Taman Namba ini menarik adalah taman atap yang secara bertahap naik delapan tingkat dan memberikan perasaan bagi pengunjung bahwa mereka benar-benar berdiri tinggi di puncak gunung di alam, padahal sebetulnya mereka benar-benar tepat di tengah-tengah kota. Tepat dibawah taman, sebuah ngarai mengukir jalan menuju pusat perbelanjaan, sejalan ketika melewati toko-toko, tempat hiburan dan tempat makan. Berbagai cira rasa makanan (Jepang, Korea, Italia, dll) dapat ditemukan paa lantai 6, dan pertokoan terletak di lantai 2 hingga 5. Juga terdapat teras yang berlokasi di atas taman atap dan ditengah ngarai, sebuah amphiteater untuk pertujukkan dan sebuah ruang personal untuk taman sayuran dan toko wagon.
"Taman Namba menciptakan sebuah pengalaman alam bagi kota Osaka yang merayakan interaksi masyarakat, budaya dan rekreasi" jelas para arsiteknya. Proyek ini memberikan contoh Pembangunan Transit Ramah Lingkungan yang mana performa ekonomi dan kualitas desain ramah lingkungan muncul sebagai tujuan tunggal. Maka tidak heran bila kawasan ini meraih penghargaan sebagai pemenang pada tahun 2009 Kompetisi Asia Pasifik , Urban Land Institute Awards for Excellence.
Sumber: berbagai sumber
Jumat, 15 Maret 2013
Penguatan Efek Gas Rumah Kaca di Kutub Utara

Sebuah tim internasional berjumlah 21 penulis dari 17 institusi dari 7 negara baru saja mempublikasikan sebuah penelitian dalam jurnal Natural Climate Change yang menunjukkan bahwa tutupan salju dan es di lintang utara telah hilang beberapa tahun belakangan, penyebab pengurangan suhu dan vegetasi musiman di area ini. Dalam arti kata lain, suhu dan vegetasi di lintang utara semakin menyerupai beberapa derajat lintang jauh ke selatan baru-baru ini 30 tahun yang lalu.
Penelitian yang disponsori NASA ini, berdasarkan dasar di lapangan terbaru dan data setelit terbaru, memeriksa secara seksama hubungan antara perubahan temperatur dan produktivitas vegetasi di lintang utara.
Pada penguatan efek rumah kaca, Prof. Ranga Myneni dari Departmen Bumi dan Lingkungan, Boston University dan pimpinan tim mengatakan "Sebuah efek rumah kaca dimuali dari peningkatan konsentrasi gas yang menjebak panas di atmosfir-seperti embun air, karbon dioksida dan metan- penyebab permukaan bumi dan udara sekitarnya menjadi hangat. Penghangatan ini mengurangi luasan dari es kutun dan tutupan salju di atas massa daratan yang luas yang mengelilingi laut Artik (Kutub Utara), sehingga meningkatkan jumlah energi matahari yang diserap oleh permukaan yang tidak lagi memantulkan energi. Rangkaian dalam gerak siklus penguatan positif antara penghangatan dan hilangnya laut es dan tutupan salju, sehingga penguatan basis efek rumah kaca. "
"Penguatan penghangatan dalam area sirkumpolar secara garis besar berada di atas batas Kanada-Amerika serikat mengurangi suhu musiman dari waktu ke waktu dikarenakan musim yang jauh lebih dingin menghangat lebih cepat daripada musim panas," jelas Liang Xu, mahasiswa doktoral Boston University dan wakil pimpinan penelitian.
"Sebagai hasil dari peningkatkan pemanasan selama musim cair daratan yang panjang, jumlah total panas tersedia bagi tanaman untuk tumbuh di lintang uatar bertambang. Hal ini terbentuk selama 30 tahun terakhir di mana lahan-lahan yang besar secara cepat menumbuhkan vegetasi, total lebih dari sepertiga dari lansekap di bagian Utara- lebih dari 9 juta km persegi, yang mana secara kasarnyasetara dengan luas Amerika Serikat - menyerupai vegetasi yang terjadi lebih jauh ke selatan." kata Dr. Compton Tucker, Ilmuwan Senior NASA Goddard Space Flight Center, Greenbelt, Maryland Amerika Serikat.
Para peneliti mengukur perubahan musiman menggunakan lintang sebagai ukuran. Awalnya mereka menentukan referensi profil lintang untuk kuantitas yang diobservasi dan kemudian perubahan yang dikuantifikasi dari waku ke waktu yang dianggap sebagai pergeseran sepanjang profil-profil ini.
"Tanaman di Kutub Utara pada referensi awal tahun 1980an setara dengan dataran di utara 64 derajat Utara. Saat ini, hanya 30 tahun kemudian, setara dengan dataran di atas 57 derajat utara-sebuah pengurangan vegetasi musiman sekitar tujuh derajat lintang selatan, " ungkap peneliti rekanan Prof. Terry Chapin, Professor Emeritus, University of Alaska, Fairbanks. "Dari analisis ini telah ditemukan pengurangan pada pola suhu dan vegetasi musiman sekitar lintang 4 hingga 7 derajat selama 30 tahun terakhir," jelas penulis rekanan Eugenie Euskirchen, Professor penelitian, University of Alaska, Fairbanks.

"Pengurangan vegetasi musiman, menghasilkan peningkatan hijuan di Kutub Utara, terlihat di atas dataran sebagai wujud penambangan semak yang tinggi dan pepohonan di beberapa lokasi di sekitar Kutub Utara, " kata peneliti rekanan Terry Callaghan, Professor, Royal Swedish Academy of Sciences dan University of Sheffield, Inggris. Dia mencatat bahwa penghijauan di daerah yang berdekatan Boreal jauh lebih mencolok di Amerika Utara daripada di Eurasia.
Temuan kunci dari penelitian ini adalah tingkat percepatan penghijauan di Kutub Utara dan tingkat melambat di wilayah boreal, meskipun tingkat hampir konstan berkurangnya temperatur musiman di wilayah ini selama 30 tahun terakhir, meskipun pada tingkat yang hampir konstan berkurangnya temperatur musiman di wilayah ini selama 30 tahun terakhir. "Hal ini mungkin menandakan pemisahan antara hangatnya musim tumbuh dan produktivitas vegetasi di beberapa bagian di Utara karena percabangan penguatan efek rumah kaca-termasuk pencairan permafrost, seringnya kebakaran hutan, wabah hama dan kekeringan musim kemarau-yang juga muncul," kata penulis rekanan yang lain Hans Tømmervik, Senior Researcher, Norwegian Institute for Nature Research, Tromsø, Norwegia.
Berdasarkan para peneliti, masa depan kelihatannya akan banyak menemui permasalahan: berdasarkan analisis dari 17 model simulasi iklim yang paling baru dan mutakhir, menyusutnya suhu musiman pada daerah-daerah ini dapat mencapai 20 derajat dalam hal lintang dan pada akhir abad ini berdasarkan referensi periode 1951-1980. Penurunan suhu yang diproyeksikan oleh model-model ini pada dekade 2001-2010 sebetulnya kurang dari penurunan yang sudah diobservasi. "Karena kita tidak mengetahui konsentrasi atmosfir yang sebenarnya dari berbagai agen yang dapat mendorong perubahan dalam iklim, proyeksi-proyeksi jangka panjang harus dinterpretasikan secara hati-hati," ungkap rekanan peneliti Bruce Anderson, Profesor Bumi dan Lingkungan di Boston University.
"Perubahan-perubahan ini akan berpengaruh pada penduduk lokal melalui perubahan dalam penyediaan sismtim pelayanan ekosistim seperti kayu dan makanan tradisional," kata Profesor Bruce Forbes, University of Lapland, Rovaniemi, Finlandia. Hal ini juga akan berdampak pada komunits global melalui perubahan aturan layanan ekosistem yang terkait dengan gas rumah kaca. "Tanah di dataran utara secara potensial dapat melepaskan gas rumah kaca yang saat ini terkunci secara permanen dalam tanah yang beku. pencairan dalam skala dalamd an besar dari tanah-tanah ini memiliku potensi untuk memperkuat lebih jauh efek rumah kaca," jelas penulis rekanan Philippe Ciais, Direktur Laboratory of Climate and Environmental Science, Paris, Prancis.
"Cara hidup organisme di atas bumi juga erat kaitannya dengan perubahan pola musim dalam hal suhu dan ketersediaan makanan, dan dari semua makanan yang datang dari daratan berasal dari tanaman, " kata Dr. Scott Goetz, Deputi Direktur dan Peneliti Senior, Woods Hole Research Center, Falmouth, USA. "Pikirkan mengenai migrasi burung menuju Kutub Utara pada musim panas dan hibernasi (tidur panjang) para beruang di musim dingin: perubahan yang signifikan pada suhu dan tanaman musiman akan berdampak pada kehidupan, tidak hanya di wilayah Utara namun juga di tempat lain yang belum kita ketahui."
Sumber: sciencedaily.com
Senin, 11 Maret 2013
Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Pangan dan Tata Guna Lahan
Lima strategi terbesar untuk mengurangi dan menyimpan emisi gas rumah kaca terestial/daratan adalah sebagai berikut:
• Memperkaya karbon tanah. Tanah adalah kolam karbon terbesar ketiga di permukaan bumi. Tanah pertanian dapat diatur untuk mengurangi emisi dengan meminimalisir tanah yang dikerjakan, mengurangi penggunaan pupuk nitrogen dan menahan erosi. Tanah dapat menyimpan karbon yang ditangkap oleh tanaman dari atmosfir dengan mengumpulkan zat tanah organik, yang juga akan lebih jauh menambah penyimpnana karbon di tanah.
• Beternak dengan tanaman hijau. Tanaman hijau sepanjang tahun, rumput, kelapa-kelapaan dan pohon secara konstan akan memantain dan menumbuhkan akar dan biomassa kayu dan karbon yang diasosiasikan, sementara pada saat yang sama menyediakan tutupan tanaman untuk tanah. Banyak potensi untuk mengganti tanaman yang digarap tahunan (jagung dan jenis bijian-bijian) dengan tanaman hijau, utamanya untuk makanan hewan dan minyak sayur, dan juga memasukkan tanaman hijau berkayu ke sistim tahunan pertanian dalam sistim agroforestri.
• Produksi ternak yang ramah iklim. Pertumbuhan permintaan yang cepat akan produk ternak telah memicu pertumbuhan yang tinggi jumlah binatang, terkonsentarsi pada sampah di usaha peternakan penggemukan dan perusahaan susu, dan membersihkan padang rumput alami dan hutan untuk penggembalaan ternak. Emisi karbon yang terkait ternak dan metan saat ini bertanggungjawab sebesar 15.5% dari total gas rumah kaca-lebih besar daripada sektor transportasi. Pengurangan di jumlah ternak mungkin dibutuhkan namun inovasi dalam hal produksi dapat membantu, termasuk sistim penggembalaan berotasi, manajemen manure dan pemangkapan metah untuk produksi biogas dan memperbaiki makanan dan makanan tambahan ternak.

• Melindungi habitat alam. Bumi memiliki 4 milyar hektar hutan dan 5 milyar hektar padang rumput alam yang merupakan reservoir raksasa karbon-dalam hal vegetasi di atasnya maupun di sistim perkaran di bawah tanah. Seiring dengan hutan dan padang rumput tumbuh, dapat mengurangi karbon di atmosfir. Deforestrasi, pembersihan lahan dan hutan, padang, kebakaran padang rumput merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca. Insentif dibutuhkan untuk mendorong petani dan pengguna lahan untuk tetap menjaga vegetasi alami melalui sertifikasi produk, pembayatan untuk servis iklim, dan mengamankan hak tenure, dan kontrol kebakaran komunitas. Konservasi dari habitat alami akan memberikan manfaat pada keanekaragaman dalam perubahan iklim.
• Menjaga yang DAS sudah terdegradasi. Area yang luas di dunia telah mengalami kegundulan vegetasi melalui pembersihan vegetasi untuk tanaman atau grazing dan dari penggunaan berlebih dan manajemen yang buruk. Degradasi lahan tidak hanya menghasilkan emisi gas rumah kaca yang besar, namun juga masyarakat lokal kehilangan aset sumber penghidupan dan fungsi penting DAS. Dengan menyimpan penutup vegetasi pada lahan yang terdegradasi dapat menjadi strategi menang-memang untuk mengatasi perubahan iklim, kemiskinan pedesaan dan kelangkaan air.
Komunitas pertanian memiliki peran yang sentral dalam menghadapi perubahan iklim, Bahkan pada harga yang rendah untuk mitigasi emisi karbon, meningkatkan manajemen lahan dapat mengimbangi seperempat emisi global dari penggunaan bahan bakar fosil dalam satu tahun. Bertolak belakang dengan solusi mengurangi emisi dengan penangkapan karbon di sektor industri yang sepertinya tidak mungkin untuk terwujud dalam waktu puluhan tahun ke depan dan tidak menghilangkan emisi gas rumah kaca yang sudah ada di atmosfer. Untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, kita perlu untuk mengejar solusi penggunaan lahan di samping upaya untuk meningkatkan efisiensi energi dan mempercepat transisi ke energi terbarukan.
Namun hingga saat ini, ilmu pengetahuan dan masyarakat internasional lambat dalam merangkul aksi iklim di berbasis daratan (terestial). beberapa ketakutan bahwa investasi di tata guna lahan tidak akan menghasilkan manfaat iklim yang "nyata", atau aksi terkait dengan tata guna lahan akan mengalihkan perhatian dari investasi energi alternatif. Juga ada kekhawatiran bahwa manajemen perubahan lahan tidak dapat diimplementasikan cukup cepat dan pada skala yang akan membuat perbedaan terhadap iklim.
Sumber: worldwatch.org
Selasa, 26 Februari 2013
Hutan Vertikal Akan Dibuka Tahun ini di Kota Milan

Kota Milan Italia adalah salah satu kota dengan polusi tertinggi yang mana kualiats udaranya sering melewati batas aman yang ditentukan oleh Komisi Eropa dan menyebabakan pemerintah Kota memasang sistim ventilasi di tahun 2009 untuk mengurangi kerusakan lukisan Leonardo da Vinci’s The Last Supper yang berada di Gereja Santa Maria delle Grazie. Tahun 2003, sebuah studi medis yang membandingkan udara di Milan setara dengan satu pak rokok sehari. Terlebih lagi, ruang yang lebih sedikit didedikasikan untk vegetasi di Kota Milan dibandingkan di lainnya.
Ruangan kota yang semakin sempit dalam peningkatan penghijauan arsitek Stefani Boeri, arsitek, mengubah sebuah tower apartemen “Bosco Verticale” menjadi hutan vertikal yang saat ini sedang dibangun dan hampir mendekati penyelesaian. Direncanakan tahun 2013 ini, hutan vertikal ini akan selesai yang sama (30/1).

Dua menara apartemen ini adalah bagian dari proyek rehabilitasi di distrik bersejarah diantara De Island Castillia dan Confalonieri, berdiri dengan tinggi 111 meter dan 78 meter dan akan menjadi rumah tinggal bagi lebih dari 900 pohon yang hampir menutupi 9000 meter persegi ruangan teras. Akan terdapat 24 lantai dan 17 lantai dengan kombinasi kapasitas 730 pohon, 5000 semak dan 11.000 tanaman (setara dengan 2,5 acre hutan atau 10117,15 meter persegi hutan ). Tipe pepohonannya dipilih berdasarkan posisi fasadenya dan bekerja hampir 2 tahun dengan ahli botani untuk menentukan pohon yang mana yang paling sesuai dengan bangunan dan iklimnya. Tanaman yang digunakan di dalam projek ditumbuhkan secara spesifik untuk bangunan, sebelumnya dibudidayakan sehingga pepohonan ini secara perlahan akan beraklimatisasi dengan kondisi yang akan dialami ketika berada di bangunan.
Desainnya terdiri dari dua buah menara yang terinterasi dengan sistim energi sel surya dengan tanaman dan pohon di fasadenya. Keuntungan dengan adanya vegetasi ini, dapat untuk memproduksi oksigen dan mengurangi smog serta menyediakan ekosistem bagi serangga dan burung. Vegetasi ini mengurangi debu dan menangkap CO2. Pepohonan dan tanaman juga akan membantu mendinginkan apartemen dan mengurangi biaya energi untuk AC, terutama di musim panas pada saat kota Milan mencapai suhu 100 derajat F arau 37,8 derajat C dan akan dan membantu mengurangi urban heat island effect.
Setiap apartemen dalam bangunan akan memiliki sebuah balkon yang ditanamani dengan pepohonan dan perlindungan selama musim panas sekaligus memfilter polusi kota dan selama musim dingin pohon tersebut menembus menuju ruangan dalam. Irigasi tanaman akan didukung dari penyaringan dan penggunaan kembali air kotor yang diproduksi bangunan.
Yang lebih impresif lagi, fakta bahwa konstruksi menara tersebut biayanya 5 persen lebih dengan pencakar langin sejenis dan desain vertikalnya menyediakan ruangan yang setara dengan 582.000 kaki persegi atau 174.600 meter persegi. Struktur ini menjadi preseden tidak hanya untuk perkembangan baru kota Milan, tetapi juga untuk kota-kota yang telah mengalami tingkat urbanisasi yang sama . Konsep inovatif ini memberikan model untuk reboisasi dalam kota yang sudah terbangun.
Bangunan ini terinpirasi dari menara permukiman sosial di Spanyol yang disebut Torre Huerta, dan “Flower Tower” di Paris yang terdapat fitur 400 tanaman bambu pada pinggirannya.
Sumber: berbagai sumber
Jumat, 22 Februari 2013
Penggurunan dan Degradasi Lahan

Pasir-pasir merubah lahan menjadi gurun setiap tahun mereka. Barisan gurun ini tanpa henti menyerang pedesaan, peternakan dan sumber air telah membuat jutaan pengungsi ekologis di seluruh dunia. Penggurunan bukan hanya masalah ekologi namun juga menjadi salah satu sebab menyusutnya pasokan pasokan makanan dan air, hilangannya pekerjaan dan migrasi massal. Penggurunan adalah degradasi lahan yang persisten pada ekosistem lahan kering, yang bervariasi penyebabnya dalam iklim dan aktivitas manusia. Contoh gurunisasi dan degradasi lahan yang sudah terjadi adalah tragedi Laut Aral yang mana dulunya lautan kini menjadi daerah yang mirip padang pasir. Mengingat pentingnya isu ini, maka setiap 17 Juni diperingati sebagai Hari Memerangi Penggurunan Sedunia.
Penggurunan adalah masalah lingkungan global yang serius- seperti perubahan iklim. Penggurunan menambah, dan memperburuk dampak perubahan iklim. Saat ini, sekitar dua miliar orang yang terpengaruh oleh penggurunan dan degradasi tanah; 10% hingga 20 dari lahan kering yang sudah terdegradasi, dan penggurunan yang sedang berlangsung mengancam dunia termiskin populasi. 41 persen dari seluruh dunia daratan rentan terhadap penggurunan. Padang pasir besar di dunia yang berkembang pada tingkat yang mengkhawatirkan. Gurun di China, Mongolia dan Afrika mulai menyerang daerah tetangga mereka. Ini artinya semakin sedikit lahan yang tersedia untuk pertanian, peternakan dan kegiatan yang berhubungan dengan sumber penghidupan bagi ratusan juta penduduk dunia, terutama masyarakat miskin. Penggurunan memotong ketersediaan makanan dan air sebagaimana peningkatan penduduk . Penggurunan juga menyebabkan bencana seperti badai pasir yang menghapus sebagian besar wilayah tanah produktif. Akuifer lenyap dan keanekaragaman hayati menjadi berkurang.

Jika tidak merehabilitasi lahan terdegradasi dan menghentikan penyebaran padang pasir, akan ada kekurangan pangan global, begitu juga air dan bahan bakar dan migrasi massal belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebetulnya apa yang menjadi penyebab degradasi lahan dan penggurunan? Degradasi lahan dan penggurunan adalah proses yang panjang yang melibatkan sejumlah isu-isu seperti penggundulan hutan, penggembalaan, budidaya dan penebangan yang berlebihan, ditambah dengan tekanan penduduk, industrialisasi dan praktek penggunaan lahan yang tidak baik. Sebuah iklim yang pada dasarnya kering, kekeringan dan angin kencang semakin menambah penyebab antropogenik. Eksploitasi berlebihan dari praktek irigasi tanah dan tidak berkelanjutan membuat keadaan menjadi lebih buruk. sedangkan perubahan iklim juga merupakan faktor utama merendahkan tanah
Solusi Permasalahan
Lebih dari dua miliar hektar lahan rusak di berbagai belahan dunia dapat direhabilitasi.Teknik agro-forestry dan regenerasi alami yang dikelola petani. Inisiatif masyarakat kecil seperti penutupan lahan terdegradasi untuk penggembalaan, membatasi pertanian, tumbuh cepat tumbuh tanaman , meningkatkan pepohonan yang dapat berfungsi sebagai penghalang terhadap angin dan badai pasir yang sangat efektif. Pemerintah nasional dapat mempertimbangkan membangun sabuk hijau besar, memprioritaskan program kehutanan dan proyek peluncuran memperbaiki dan menstabilkan pasir. Di Cina, di mana gurun terdiri dari 27 persen daratannya , banyak uang yang telah diinvestasikan negara dalam program anti-penggurunan telah menyadari bahwa penggurunan harus ditangani untuk mempertahankan pembangunan ekonomi. Beberapa negara, seperti China telah memulai program penanaman pohon untuk membendung kemajuan gurun. Namun, dalam beberapa kasus pohon yang ditanam membutuhkan sejumlah besar air, menempatkan lebih banyak tekanan pada sumber daya yang langka.
Laporan PBB menunjukkan bahwa praktek pertanian baru, seperti mendorong hutan di lahan kering, adalah langkah-langkah sederhana yang bisa menghilangkan lebih banyak karbon dari atmosfer dan juga mencegah penyebaran gurun. Laporan ini mengatakan perlunya menyediakan mata pencaharian alternatif bagi penghuni di lahan kering- bukan berdasarkan cocok tanam tradisional yang didasarkan pada irigasi, peternakan sapi, dan sebagainya melainkan memperkenalkan mata pencaharian lebih inovatif yang tidak memberikan tekanan pada sumber daya alam. Seperti ekowisata, misalnya atau menggunakan energi matahari untuk menyokong kegiatan lain.
Sumber: berbagai sumber
Selasa, 29 Januari 2013
Lebih Dekat dengan Pertanian Kota

Urban farming atau Pertanian kota didefinisikan produksi makanan melalui budidaya tanaman intensif dan peternakan di dalam dan sekitar kota. Pertanian kota memiliki banyak bentuk, termasuk kebun masyarakat, peternakan kota, rumah kaca, atap bangunan, kebun sekolah dan kandang ayam belakang rumah. Kota San Fransisco sudah menerapkan pertanian perkotaan ini secara luas di dalam wilayahnya. Manfaat pertanian perkotaan, SPUR, sebuah LSM yang bermarkas di Kota San Fransisco menyatakan dukungannya terhadap pertanian perkotaan di kota tersebut karena memberikan manfaat ganda bagi masyarakat San Fransisco dan kota secara keseluruhan. SPUR bahkan membuat laporan mengenai pertanian perkotaan yang memfokuskan sebagian besar perhatian pada kebun masyarakat dan peternakan kota.
Perkotaan pertanian telah menjadi perhatian masyarakat Kota San Fransisco dalam beberapa tahun terakhir. Dua lusin kebun dan peternakan telah tumbuh di seluruh kota sejak tahun 2008, dan pada tahun 2011 kota mengubah kode zonasi untuk mengizinkan pertanian perkotaan di semua lingkungan. Masyarakat kota tertarik untuk mengambil abgian dalam program pertanian perkotaan karena manfaat yang yang ditawarkan beragam. Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh SPUR 'Public Harvest: Expanding the use of public land for Urban Agriculture in San Fransisco', tahun 2012 manfaat utama pertanian kota berdasarkan studi di kota tersebut meliputi:
1. Menghubungkan warga kota untuk sistem pangan yang lebih luas
Sebagian besar makanan yang tumbuh di luar daerah perkotaan, yang menghasilkan pemutusan antara penduduk kota dan sistem pangan yang lebih luas yang mendukung komunitas mereka. Berkebun perkotaan dan pertanian dapat menutup kesenjangan ini. Kebun masyarakat, sekolah kebun, pasar peternakan dan bahkan sarang lebah lokal memberikan kesempatan untuk pendidikan dan apresiasi terhadap sistem pangan.
2. Menyediakan ruang hijau dan rekreasi
Kota ini memiliki hampir 100 kebun dan peternakan di tanah baik negeri maupun swasta (tidak termasuk kebun sekolah) yang dinikmati oleh ribuan warga. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa proyek pertanian perkotaan telah mengubah lahan kosong atau diabaikan dalam ruang hidup.
3. Menyimpan uang lembaga-lembaga publik
Kebun dan pertanian perkotaan di lahan publik dapat mengurangi biaya lansekap kota, penyiangan dan pemeliharaan untuk situs tersebut. Kelompok masyarakat yang mulai mengelola sebelumnya lahan kosong juga dapat membantu mencegah lahan-lahan tidak terpakai menjadi tempat pembuangan informal, Departemen PU menghemat sekitar $ 4.100 per tahun pada tiap lahannya.
4. Memberikan manfaat ekologi dan infrastruktur hijau
Kebun dan peternakan menyerap air hujan, mendinginkan lingkungan perkotaan yang panas, dan menyediakan habitat bagi burung dan serangga. Manfaat-manfaat ekologi mengurangi stres pada sistem pembuangan limbah kota, permintaan energi yang lebih rendah pada hari-hari panas dan dukungan keanekaragaman hayati . Studi menunjukkan bahwa atap ditanami dengan vegetasi dapat mengurangi limpasan stormwater sebesar 40 hingga 80 persen, membantu mengurangi kemungkinan pembuangan limbah ke laut dan teluk. Efek isolasi tanah di atas atap dapat mengurangi biaya energi bangunan sebesar 6 persen per tahun.
5. Membangun masyarakat
Hampir setia pkoordinator kebun atau pertanian dapat menceritakan kisah tentang bagaimana proyek mereka telah membantu merajut bersama-sama sekelompok orang dengan cara yang sedikit ruang perkotaan lainnya lakukan, dan peneliti telah mendokumentasikan peningkatan kohesi sosial bahwa proyek-proyek pertanian perkotaan sering menyediakan.
6. Menawarkan akses pangan, kesehatan masyarakat dan potensi pembangunan ekonomi
Perkotaan pertanian di San Francisco juga memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap upaya kota untuk meningkatkan akses pangan, meningkatkan kesehatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. Akses pangan adalah ketersediaan segar, makanan sehat dalam lingkungan. Meskipun beberapa studi menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan toko kelontong, pertanian kota dapat memberikan hanya sejumlah kecil dari kebutuhan gizi lingkungan yang tidak memiliki akses yang baik untuk produk segar, tetapi pertanian perkotaan dapat menjadi taktik tambahan yang penting dalam strategi makanan-akses komprehensif. Untuk tukang kebun individu, produk dipanen dapat memberikan akses besar untuk segar, makanan bergizi dengan biaya rendah. Untuk lingkungan, kebun dan peternakan dapat memberikan pendidikan tentang gizi dan makanan sehat.
Di Kota San Fransisco, lebih dari 70 proyek dari berbagai jenis, tidak termasuk sekolah kebun, yang saat ini beroperasi pada lahan publik, mulai dari kebun kontainer seluas 120 meter persegi di perpustakaan cabang hingga hampir 3 hektar di peternakan Alemany. Setidaknya 11 instansi kota, 2 lembaga negara dan 3 badan-badan federal mengadakan proyek pertanian perkotaan pada properti mereka di dalam kota. Saat ini lokasi-lokasi pertanian Kota di San Fransisco adalah sebagai berikut.
Masyarakat San Fransisco antusias dengan program pertanian kota. Permintaan untuk lebih banyak ruang untuk menumbuhkan sayuran semakin bertambah. Survei sejak 2005 telah secara konsisten menunjukkan daftar tunggu yang panjang di banyak kebun kota masyarakat. Dalam kebanyakan kasus, warga harus menunggu lebih dari dua tahun untuk mendapatkan akses ke plot. Peluncuran lebih dari 20 proyek pertanian baru perkotaan dalam empat tahun terakhir merupakan indikasi bahwa saat ini jumlah lahan yang didedikasikan untuk pertanian perkotaan tidak cukup.
Sumber: spur.org
Senin, 28 Januari 2013
Sampah Panas, Kota Besar dan Pengaruhnya pada Iklim

Studi menemukan bahwa panas dari kota-kota Amerika Utara menyebabkan musim dingin yang lebih hangat, (27/1). 'Sampah' panas yang dihasilkan oleh bangunan di kota-kota besar 'bisa mempengaruhi iklim ribuan mil jauhnya'.
Panas berasal dari bangunan, pabrik dan kendaraan di kota-kota besar dapat mempengaruhi ribuan iklim mil jauhnya. Para peneliti mengatakan panas tambahan yang dihasilkan oleh kota-kota besar menjelaskan pemanasan tambahan yang tidak dijelaskan oleh model iklim yang ada.
Efeknya mungkin menjelaskan mengapa suhu musim dingin yang lebih hangat dari yang diperkirakan di beberapa bagian belahan bumi utara. Para peneliti bertanya-tanya mengapa sebagian besar Amerika Utara tampaknya akan melewatkan musim dingin mendapatkan jawaban baru selain perubahan iklim: yaitu kehidupan kota besar itu sendiri.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change, menemukan bahwa panas yang terlepaskan di daerah metropolitan utama di Amerika Pantai Timur menyebabkan pemanasan musim dingin di sebagian besar kawasan Amerika Utara, yang ribuan mil jauhnya dari kota-kota. Pemanasan musim dingin terdeteksi di padang rumput Kanada.
Para peneliti menemukan pola yang sama di Asia, di mana pusat-pusat populasi besar mengakibatkan pemanasan yang kuat di Rusia, Asia Utara, dan Cina Timur. Di sisi lain, bagaimanapun, perubahan kondisi atmosfer memiliki efek yang berlawanan di Eropa - menurunkan suhu musim gugur sebanyak 1 derajat C (1.8 F). Beberapa kota di dunia yang paling padat penduduknya dan energi intensif terletak di bawah saluran sirkulasi utama di atmosfer. Mereka termasuk aliran jet kutub utara, sungai berkelok-kelok angin yang berhembus di sekitar Bumi di lebih dari 100 mph.

Panas tambahan yang dihasilkan oleh kota-kota besar itu hanya sebagian kecil dari pemanasan yang disebabkan oleh perubahan iklim atau urbanisasi, kata para peneliti. Namun studi ini memang membantu ilmuwan untuk pemanasan tambahan yang tidak dijelaskan oleh model iklim yang ada.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa penggunaan energi dari daerah perkotaan secara kolektif dapat menghangatkan atmosfir dari jarak jauh ribuan mil dari daerah konsumsi energi," kata pimpinan ilmuwan Dr Zhang Guang, dari Scripps Institution of Oceanography di California. "Hal ini dicapai melalui perubahan sirkulasi atmosfer." ungkapnya.
Tersebar di seluruh dunia, suhu rata-rata kenaikan bersih yang dihasilkan oleh limbah panas kota adalah 0.01 C diabaikan. Namun di tingkat regional, dampaknya signifikan, kata para peneliti.
Peneliti yang lainnya Dr Aixue Hu, dari Pusat Penelitian Atmosfer Nasional di Boulder, Colorado, mengatakan: "Pembakaran bahan bakar fosil tidak hanya memancarkan gas rumah kaca, tetapi juga secara langsung mempengaruhi suhu karena panas yang keluar dari sumber-sumber seperti bangunan dan mobil.
"Meskipun banyak dari limbah panas terkonsentrasi di kota-kota besar, dapat mengubah pola atmosfer dengan cara yang menaikkan atau menurunkan suhu melintasi jarak yang cukup."
Para ilmuwan menganalisis konsumsi energi yang menghasilkan limbah panas. Mereka menghitung bahwa pada tahun 2006, konsumsi energi total dunia adalah 16 terawatts, atau 16 triliun watt - setara dengan meninggalkan 10 miliar 100 watt bola lampu selama satu tahun. Dari jumlah ini, yang rata-rata 6,7 terawatts dikonsumsi di 86 daerah metropolitan di belahan bumi utara.
Rata-rata suhu global hampir tidak terpengaruh oleh panas kota besar, hampir rata-rata 1 derajat C. Tapi kota-kota besar memiliki dampak yang nyata pada suhu daerah hampir pada skala benua.
Para peneliti mengatakan panas tambahan harus diperhitungkan dalam proyeksi iklim di masa depan.
Para ilmuwan telah selama bertahun-tahun telah mencoba untuk memecahkan bagaimana kota-kota besar - dengan dinamika bangunan dan persebaran mobil di dalamnya - mempengaruhi iklim.
Studi ini menunjukkan kota itu sendiri telah mencapai efek yang jauh lebih mendalam pada iklim, selain polusi iklim yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Sumber: guardian.co.uk, dailymail.co.uk
Jumat, 21 Desember 2012
Laju Deforestrasi Hutan Hujan dan Kerugiannya

Hutan hujan tropis telah disebut "permata Bumi" dan "farmasi terbesar di dunia", karena lebih dari seperempat dari obat-obatan alami telah ditemukan dalam diri mereka. Sangat mungkin bahwa mungkin ada jutaan spesies tumbuhan, serangga dan organisme mikro masih belum ditemukan di hutan hujan tropis. Menurut kajian resmi ada lebih dari 50% hewan hidup di daerah-daerah. 40% dari Oksigen juga diproduksi di sini karena ada jutaan pohon dan tanaman kecil, Hutan hujan tropis yang bermanfaat bagi planet kita karena hal ini menjaga suhu dan lingkungan di bawah terkontrol.
Bumi kehilangan harta terbesar biologis, kita harus mulai menghargai nilai sejati hutan ini. Hutan hujan pernah menutupi 14% permukaan tanah di bumi, sekarang mereka mencakup hanya 6% dan para ahli memperkirakan bahwa hutan hujan tersisa dapat dikonsumsi dalam waktu kurang dari 40 tahun.
Berikut merupakan gambaran hutan di tahun 2000 dan prediksinya pada tahun 2100, berdasarkan studi dari WWF .


Para ahli memperkirakan bahwa kita sedang kehilangan 137 tanaman, hewan dan spesies serangga setiap hari akibat deforestasi hutan hujan. Itu setara dengan 50.000 spesies per tahun. Sebagai spesies hutan hujan hilang, begitu juga obat banyak kemungkinan untuk penyakit yang mengancam nyawa. Saat ini, 121 obat resep terjual di seluruh dunia berasal dari tanaman yang diturunkan sumber. Sementara 25% dari obat-obatan Barat berasal dari bahan-bahan hutan, kurang dari 1% dari pohon-pohon tropis dan tanaman telah diuji oleh para ilmuwan.
Kebanyakan hutan dibersihkan oleh gergaji, buldoser dan kebakaran untuk nilai kayu dan kemudian diikuti oleh pertanian dan peternakan operasi, bahkan oleh raksasa dunia seperti Mitsubishi Corporation, Georgia Pacific, Texaco dan Unocal.
Ada satu tambahan sepuluh juta orang India yang tinggal di Hutan Hujan Amazon sejak lima abad yang lalu. Saat ini terdapat kurang dari 200.000 penduduk.
Di Brasil sendiri, penjajah Eropa telah menghancurkan lebih dari 90 suku pribumi sejak tahun 1900-an. Suku-suku ini telah berabad-abad akumulasi pengetahuan tentang nilai obat spesies hutan hujan. Karena tanah mereka terus dihancurkan oleh deforestasi, masyarakat hutan hujan juga menghilang.
Kebanyakan dukun obat dari suku-suku ini yang tersisa di Hutan Tropis adalah berusia 70 tahun atau lebih. Setiap kali seorang dukun hutan hujan mati, seolah-olah perpustakaan telah terbakar habis. Ketika dukun ini meninggal tanpa mewariskan pengetahuan ke generasi berikutnya, suku dan dunia kehilangan ribuan tahun pengetahuan tentang tanaman obat yang tak tergantikan.
Sumber: berbagai sumber
Minggu, 04 November 2012
Perubahan Tata Guna Lahan: Pendorong Utama Perubahan Iklim
Para ilmuwan memperkirakan bahwa sekitar sepertiga (1/3) sampai setengah (1/2) dari permukaan tanah planet kita ini telah dipilih diubah oleh pembangunan manusia. Perubahan penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan diakui sebagai pendorong utama perubahan lingkungan yang mengakibatkan degradasi parah dan / atau kerugian dari ekosistem layanan pada skala global.
Indonesia adalah salah satu jajaran negara kontributor emisi terbanyak. Indonesia termasuk dalam rangking 3 negara kontributor emisi gas rumah kaca. Perubahan tata guna lahan (LULUCF) memiliki kontribusi signifikan dari keseluruhan total emisi yang dihasilkan oleh Indonesia.
Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan memainkan peran utama dalam menentukan sistem iklim bumi. Meskipun dampak penggunaan lahan dan tutupan lahan pada atmosfer konsentrasi karbon dioksida dan metana telah dimasukkan dalam iklim internasional perubahan penilaian, peran penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan dalam mengubah suhu daerah, curah hujan, vegetasi, dan lainnya variabel iklim telah banyak diabaikan.
Namun, sebuah studi pemodelan baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan dan mencakup memiliki peran penting sebagai iklim memaksa efek dan menunjukkan pentingnya termasuk perubahan tutupan lahan di iklim masa depan mengubah skenario.
Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan Amerika US Department of Climate Paralel Energy Model (DOE-PCM) menggunakan untuk mensimulasikan untuk abad berikutnya, efek gabungan dari tutupan lahan dan atmosfer perubahan untuk dua emisi utama skenario IPCC, skenario rendah dan dampak tinggi.
Atmosfer memaksa adalah identik dengan yang disebutkan dalam skenario IPCC, dan untuk mensimulasikan masa perubahan tutupan lahan, penulis telah menggunakan proyeksi IPCC tutupan lahan dan DOE-PCM. Data vegetasi alami untuk menciptakan kondisi tutupan lahan mewakili skenario IPCC untuk tahun 2050 dan 2100.
Penambahan efek perubahan tutupan lahan dengan skenario IPCC telah menyebabkan signifikan iklim regional yang berbeda pada tahun 2100 dibandingkan dengan prediksi iklim yang dihasilkan dari atmosfer memaksa saja. Secara khusus, di wilayah Amazon, konversi hutan menjadi lahan pertanian mungkin akan menyebabkan pemanasan signifikan jauh di atas 2 diprediksi ° C. Seperti pemanasan yang akan disertai dengan pendinginan dari kolom udara atas dan samudra di dekatnya. Perubahan ini akan merefleksikan sirkulasi udara pola dan sirkulasi monsoon, sehingga mempengaruhi iklim tropis.
Hasil studi Feddema (2005) menemukan bahwa beberapa efek hasil dari dampak langsung dari perubahan tutupan lahan adalah pada kelembaban lokal dan saldo energi. Dampak lain muncul terkait dengan tidak langsung yang signifikan iklim efek melalui proses yang disebut sebagai teleconnection. Meskipun tutupan lahan efek regional dan cenderung untuk mengimbangi sehubungan dengan rata-rata global suhu, mereka dapat secara signifikan mengubah hasil iklim regional yang berhubungan dengan pemanasan global. Selain dampak lokal, tropis tutupan lahan perubahan berpotensi dapat mempengaruhi iklim tropis dan dekat laut melalui kondisi atmosfer telekoneksi.
Secara keseluruhan, para ilmuwan berpendapat bahwa hasil mereka memberikan bukti yang berharga bahwa perubahan tutupan tata guna lahan harus termasuk dalam skenario untuk memaksa studi perubahan iklim dan penilaian iklim global di masa depan.
Sumber: dari berbagai sumber
Minggu, 28 Oktober 2012
Lahan Produksi dan Satwa liar dapat Harmonis berdampingan dengan Perencanaan Lahan Skala Besar

Sebagai populasi global tumbuh, tuntutan atas tanah menjadi semakin besar dan perubahan lingkungan kemungkinan untuk menambah tekanan. Para peneliti, berbasis di University of Leeds, telah menyelidiki pendekatan yang paling efektif untuk mengoptimalkan produksi pangan yang berkelanjutan sekaligus melindungi satwa liar.
Mereka menyimpulkan bahwa konservasi populasi hewan dan tanaman membutuhkan pemikiran dan perencanaan di seluruh lanskap, karena pada skala ini, bukan skala pertanian, bahwa proses ekologi yang terjadi. Sebuah kemajuan penting dalam pemikiran yang tidak bagaimana membuat peternakan masing-masing lebih "ramah satwa liar" dalam dirinya sendiri, tapi bagaimana membuat lanskap secara keseluruhan yang lebih baik untuk memproduksi makanan dan satwa liar.
Sistem pertanian yang menghindari menggunakan bahan kimia untuk meningkatkan hasil sering dianggap sebagai pilihan terbaik dari sudut pandang konservasi, namun penelitian ini telah menunjukkan bahwa campuran hasil tinggi, pertanian intensif dan lahan yang dikelola untuk alam dapat, dalam beberapa kasus, menghasilkan lebih banyak makanan baik dan satwa liar lebih dari mengejar pertanian "satwa liar yang ramah" di seluruh lanskap.
Tim berpendapat perencanaan koheren lebih seluruh pendekatan kami untuk produksi intensif dan non-intensif. Penelitian mereka menyediakan petunjuk penting untuk strategi semacam ini di peternakan, tingkat kebijakan lanskap Inggris dan Kebijakan Pertanian Bersama Eropa (European Common Agricultural Policy).
Dalam masing-masing daerah beberapa tanah perlu dikelola untuk satwa liar, dan cara terbaik untuk melakukan hal ini akan tergantung pada lanskap. Di Inggris, lanskap yang berbeda mungkin juga lebih baik dalam memproduksi makanan atau memproduksi jasa ekosistem, sehingga satu pendekatan yang bisa berkonsentrasi upaya konservasi lebih di daerah tertentu, seperti dataran tinggi dan lahan basah pesisir, yang terutama satwa liar yang ramah, sementara memungkinkan daerah yang paling cocok untuk produksi pangan menjadi bertani secara intensif.
Perencanaan tingkat lanskap memerlukan menciptakan dan menghubungkan potongan habitat yang cocok, di peternakan dan pertanian, ke jaringan yang lebih besar-besaran. Kebanyakan pertanian konvensional sudah memiliki daerah yang tidak bertani, atau menghasilkan hasil yang buruk, dan sebagai presisi teknik pertanian menjadi lebih luas, tanah yang tidak produktif akan menjadi sangat mudah untuk mengidentifikasi. Hal ini mungkin berguna untuk satwa liar tetapi hanya jika dikelola dengan baik untuk tujuan itu, dalam jaringan yang lebih besar dari habitat.
Cara optimal untuk mengelola lanskap untuk menghasilkan pertanian dan satwa liar akan bervariasi dari satu tempat ke tempat, kerangka kebijakan umum mungkin diperlukan pengaturan tujuan keseluruhan dan proses untuk membuat keputusan, dengan implementasi diserahkan kepada kabupaten atau tingkat regional.
Profesor Tim Benton dari University of Leeds mengatakan: "Berpikir pada skala yang lebih luas adalah kunci untuk menciptakan lanskap yang berkelanjutan. Reformasi Kebijakan Pertanian Bersama memberikan kesempatan penting untuk menciptakan lanskap yang berkelanjutan, seperti yang memperjuangkan " Tanah sisa " atau sparing land dari lahan produksi pada setiap peternakan untuk berkontribusi kepada lingkungan. "Tanah sisa" atau spared land ini bisa menjadi jaringan berskala lanskap jika dirancang dan dikelola dengan benar.
"Tapi kita juga perlu merencanakan strategi yang bekerja di tingkat nasional dan melihat bagaimana pertanian intensif dalam lanskap yang berkelanjutan di beberapa daerah dapat seimbang dengan memprioritaskan satwa liar untuk tingkat yang lebih besar pada orang lain. Hanya dengan pemikiran yang jauh lebih besar kita bisa berharap untuk mencapai peningkatan produksi yang berkelanjutan dan tidak merusak daya pemilihan dalam proses alamiah alam tempat manusia bergantung. "
sumber: ScienceDaily (10 September 2012)
Jumat, 12 Oktober 2012
Ancaman Dari Pertumbuhan Pesat Perkebunan Sawit Di Kalimantan

"Emisi karbon yang semata-mata dari industri minyak kelapa sawit dapat menghambat Indonesia untuk pemenuhan janji pengurangan emisi gas rumah kaca 26% dari angka proyeksi emisi gas rumah kaca di tahun 2020," tulis para peneliti. Saat ini, lebih dari 75 persen emisi di Indonesia berhubungan dengan perubahan tata guna lahan. Untuk membantu memperlambat pertumbuhan angka emisi, Indonesia telah memiliki moratorium pembukaan hutan senilai satu miliar dolar dari pendanaan Norwegia, namun moratorium tersebut mendapatkan banyak kritikan karena tidak cukup memperlambat perkembangan deforestasi yang merajalela dengan cepat.
Lebih lanjut, para peneliti memperkirakan bahwa 47 persen pengembangan wilayah perkebunan kelapa sawit antara tahun 1990-2010 di Kalimantan dengan mengorbankan hutan alami yang ada, 22 persen pada hutan sekunder atau ber-HPH, dan 21 persen pada agroforest, campuran antara tanah pertanian dan hutan. Hanya sekitar 10 persen ekspansi wilayah terjadi pada area yang tidak berhutan.
"Terobosan besar terjadi ketika kita mampu membedakan tidak hanya lahan hutan dan non-hutan, tetapi juga hutan yang ditebangi, lahan sawah, hutan karet, perkebunan buah dan hutan sekunder tua yang dimiliki oleh petani gurem (hutan rakyat) sebagai mata pencaharian mereka," jelas Kimberly Carlson, seorang mahasiswa doktor Yale yang menjadi penulis utama studi tersebut. "Melalui informasi ini, kita akan mampu mengembangkan kalkulasi emisi karbon yang baik untuk mengukur emisi karbon dari pengembangan perkebunan kelapa sawit."
Pada rentang waktu 1990-2000 deforestasi untuk perkebunan sawit telah menghasilkan 0,09 gigaton karbon, tetapi perluasan perkebunan meningkat dengan cepat lebih dari 300 persen selama satu dekade terakhir menjadi 0,32 gigaton.
Carlson dan timnya menggunakan citra satelit dan teknologi klasifikasi vegetasi baru yang diciptakan oleh Gregory Asner dari Departemen Carnegie Institution of Global Ecology, sebagai penulis co-author untuk mengkompilasi berapa banyak hutan yang hilang dan karbon yang telah dihasilkan.
Setelah mendapatkan angka 1990-2010, tim kemudian memproyeksikan masa depan industri kelapa sawit dan hutan di Kalimantan. Mengumpulkan kelapa sawit sewa lahan, para ilmuwan menemukan bahwa hanya 20 persen dari sewa saat ini telah dikembangkan. Sewa laham yang ditanami masih tertutup seluas 93.844 kilometer persegi, luas wilayah yang lebih besar dari negara Hungaria.
"Sewa diberikan tanpa penilaian independen akan penggunaan lahan dan karbon, dan tidak tersedia untuk ditinjau publik," berdasarkan tulisan tersebut. "Emisi karbon dari tanah sewa yang belum dikembangkan. Oleh karena itu hal itu tetap tersembunyi dan dikeluarkan dari proyeksi emisi nasional."
Perkembangan semua tanah sewa tersembunyi, banyak yang tetap tidak diketahui penduduk setempat juga, akan menghasilkan 1,52 gigaton karbon yang dilepaskan ke atmosfer. Selain perkebunan kelapa sawit yang akan mencakup 34 persen lahan di Kalimantan di luar kawasan hutan lindung, yang saat ini telah mencakup sekitar 10 persen.
"Sewa perkebunan adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya 'pada tahap experimen' menggantikan hutan dengan tumbuhan monokultur kelapa sawit," kata rekan penulis Lisa M. Curran, seorang profesor antropologi ekologi di Stanford dan rekan senior di Stanford Woods Institut for the Environment. "Kita mungkin melihat titik kritis dari konversi hutan dimana fungsi biofisik terganggu, yang akan menyebabkan daerah tersebut semakin rentan terhadap kekeringan, kebakaran dan banjir."
Studi ini menemukan bahwa melindungi lahan gambut dan hutan sangat dapat menurunkan proyeksi emisi. Melindungi lahan gambut akan mengurangi emisi yang diperkirakan pada dekade berikutnya dengan estimasi antara 37-45 persen, dengan melindungi hutan sebenarnya emisi menurun 71-111 persen. Karena penuaan perkebunan kelapa sawit menyimpan karbon tertentu, penurunan emisi karbon akan lebih tinggi apabila hutan alam yang dilindungi terjaga. Selain itu, studi ini menemukan bahwa program REDD + secara ekonomis dapat bersaing dengan industri kelapa sawit.
"Dalam kondisi pasar tertentu dan praktek pengelolaan lahan, inisiatif REDD + bertujuan mengurangi emisi dengan mitigasi emisi yang dilepaskan dapat menghasilkan pendapatan pemerintah nasional yang mirip dengan pendapatan ekspor minyak sawit," tulisnya.
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono baru-baru ini mengumumkan nya "visi 7/26," yaitu menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen per tahun dengan target penurunan emisi 26 persen para tahun baseline proyeksi 2020.
Perkebunan kelapa sawit tidak hanya bertanggung jawab atas emisi gas rumah kaca, tetapi juga telah dikaitkan dengan penurunan keanekaragaman hayati di wilayah tersebut, karena perkembangan spesies fauna dan flora menjadi sedikit perkembangannya karena adanya perkebunan monokultur dibandingkan hutan alam. Selain itu, ekspansi besar-besaran hutan monokultur telah mengakibatkan konflik lokal dengan masyarakat adat asli saat sebagian orang kehilangan akses ke hutan dan daerah pertaniannya.
Kutipan: Kimberly M. Carlson, Lisa M. Curran, Gregory P. Asner, Alice McDonald Pittman, Simon N. Trigg and J. Marion Adeney. Carbon emissions from forest conversion by Kalimantan oil palm plantations. Nature Climate Change. 2012.
sumber: mongabay